Ada banyak hal yang bisa dicontoh dari Presiden RI ke-3 ini, terutama oleh para generasi muda Indonesia. Semua hal, mulai kisah romansa dengan Ainun, pengabdian untuk negara, hingga kariernya yang cemerlang.
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie atau karib dipanggil Habibie.
Panggilan itu lahir dari seorang guru ngaji yang melihat dirinya lihai membaca Alquran saat usianya masih 3 tahun. Sebelumnya, dia kerap disapa Rudy oleh keluarga, kerabat, dan teman-temannya.
Dalam buku biografinya Habibie mengatakan, prinsip ia menjalani hidup bermula dari kasih sayang dan ketegaran sang ibunda.
Saat berusia 13 tahun, Habibie, yang belum lama menjadi anak yatim, menuruti kemauan sang ibu yang ingin mengirimnya dari Parepare ke Pulau Jawa demi melanjutkan studi.
“Ibu tidak mau melepasmu sendiri tapi ibu harus melaksanakan agar kamu selalu nomor satu dan selalu menjadi panutan, kamu harus laksanakan tugasmu," kata ibunya.
Siapa sangka, itulah langkah awal yang membentuk Habibie menjadi seperti yang dikenal saat ini.
Setibanya di Pulau Jawa, Habibie mulai menekuni serba-serbi mesin pesawat di Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung pada 1954.
Berkat semangatnya menimba ilmu, selang beberapa bulan setelahnya, ia terbang ke Jerman melanjutkan studi di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule.
Jurusan yang ia tekuni adalah teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.
Di sana, skill-nya makin terasah.
Pada 1960, ia pun menerima gelar Diplom Ingenieur. Waktu itu, usianya baru menginjak 24 tahun.
Lima tahun setelahnya, gelar Doktor Ingenieur predikat summa cumlaude berhasil disabet dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Penemuannya yang paling fenomenal adalah "Crack Progression Theory" atau faktor Habibie.
Sampai saat ini, penemuan tersebut dipakai oleh semua pesawat di dunia. Dunia Aviasi Internasional sampai menjulukinya sebagai "Mr. Crack".
Kemampuannya dalam dunia teknologi membuat Presiden Soeharto saat itu memintanya pulang ke Indonesia.
Merasa terpanggil memajukan negaranya, Habibie pulang pada 1973 dengan mengemban tugas sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Bukan Habibie namanya kalau tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Pada 1995, Habibie menorehkan namanya sebagai orang yang menciptakan pesawat pertama di Tanah Air lewat proyek N250 Gatot Kaca. Hebatnya lagi, pesawat rancangannya itu dapat terbang tanpa mengalami "Dutch Roll", istilah untuk pesawat yang oleng.
Saat ini, masih ada proyek pesawat yang belum terealisasikan oleh Habibie. Proyek yang dimaksud adalah pesawat R80 yang sudah dimulai sejak 2013. Menilik sedikit spesifikasinya, R80 merupakan pesawat yang dirancang untuk penerbangan jarak pendek dengan kapasitas angkut 80-90 penumpang. Terbaru, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut R80 akan dijadikan proyek strategis nasional.
ANTARA FOTO Yudhi MahatmaTerakhir, kisah cintanya pada Ainun juga patut dicontoh. Ceritanya pun sudah tertuang melalui beberapa karya seni, antara lain film Habibie & Ainun, empat komposisi musik klasik, juga patung Habibie-Ainun di Parepare, Sulawesi Selatan yang hingga kini tak surut pengunjung.
kompas Alif Ichwan